Tiga Persiapan Penting Menyambut Bulan Ramadhan
Tiga Persiapan Penting Menyambut Bulan Ramadhan Selasa, 15 Mei 2018 | 03:30 WIB Untuk menyambut Ramadhan, bulan yang dipenuhi dengan rahmat dan karunia Allah, kita harus mengadakan persiapan-persiapan yang dianggap perlu dan bermanfaat, terutama dalam meningkatkan takwa kepada Allah ï·». Persiapan-persiapan itu antara lain: Persiapan Pertama Hendaknya kita mengadakan atau memprakarsai kegiatan ceramah di akhir bulan Sya’ban untuk menyambut bulan Ramadhan. Ceramah itu bisa dilakukan di majelis ta’lim dan tempat-tempat pengajian, atau pengarahan-pengarahan singkat untuk keluarga kita masing-masing. Dalam ceramah itu dijelaskan berbagai bimbingan bagi jamaah atau keluarga kita, agar dapat mengisi bulan yang penuh berkah itu dengan amal ibadah yang diridhai oleh Allah ï·». Jangan sampai terjadi, bulan yang teramat agung itu berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan kesan yang mendalam yang dapat meningkatkan ibadah dan amal shaleh kita kepada Allah ï·». Ceramah pengarahan menyambut bulan Ramadhan ini dilakukan Nabi di depan para sahabatnya, dengan menyampaikan ceramah singkat mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan tuntunan Ramadhan. Agar kita semua dapat mengambil manfaat dari pengarahan Rasul ï·º tersebut, berikut ini dicantumkan ceramah beliau dengan lengkap: أَيّÙهَا الَّناس٠قَدْ أَظَلَّكÙمْ شَهْرٌ عَظÙيْمٌ، شَهْرٌ Ù…Ùباَرَكٌ، شَهْرٌ ÙÙـيْه٠لَيْلَةٌ خَيْرٌ Ù…Ùنْ أَلْÙ٠شَهْر٠جَعَلَ الله٠صÙياَمَه٠ÙَرÙيْضَةً ÙˆÙŽ Ù‚Ùياَمَ لَيْلَه٠تَطَـوّÙعاً مَنْ تَقَرَّبَ ÙÙـيْه٠بÙخَصْلَة٠مÙÙ†ÙŽ اْلخَيْر٠كَانَ كَمَنْ أَدَّى ÙَرÙيْضَةً ÙÙـيْماَ سÙوَاه٠وَمَنْ أَدَّى ÙÙـيْه٠ÙَرÙيْضَةً كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعÙيْنَ ÙَرÙيْضَةً ÙÙـيْمَا سÙواَه٠وَهÙÙˆÙŽ شَهْر٠الصَّـبْر٠وَالصَّـبْر٠ثَـوَابÙه٠الْجَنَّة٠وَشَهْر٠الْمÙوَاسَاة٠وَ شَهْرٌ يَزْدَاد٠ÙÙـيْه٠رÙزْق٠الْمÙؤْمÙÙ†ÙØŒ مَنْ Ùَطَّرَ ÙÙـيْه٠صَائÙماً كَانَ مَغْÙÙرَةً Ù„ÙØ°ÙÙ†ÙوْبÙه٠وَعÙتْقَ رَقَبَتÙÙ‡Ù Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّار٠وَ كَانَ Ù„ÙŽÙ‡Ù Ù…Ùثْل٠أَجْرÙÙ‡Ù Ù…Ùنْ غَيْر٠أَنْ يَنْتَقÙصَ Ù…Ùنْ أَجْرÙه٠شَيْءٌ قَالÙوْا لَيْسَ ÙƒÙلّÙنَا نَجÙد٠مَا ÙŠÙÙَطّÙر٠الصَّائÙÙ…ÙŽØŒ Ùَقَالَ : ÙŠÙعْطÙÙŠ الله٠هَذَا الثَّوَابَ Ù…ÙŽÙ† Ùَطَّرَ صَائÙماً عَلىَ تَمْرَة٠أَوْ Ø´Ùرْبَة٠مَاء٠أَوْ مذَقَّة٠لَبَن٠وَهÙÙˆÙŽ شَهْرٌ أَوَّلÙه٠رَØْمَةٌ وَأَوْسَطÙه٠مَغْÙÙرَةٌ وَآخÙرÙه٠عÙتــْقٌ Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّارÙØŒ مَنْ خَÙÙ‘ÙŽÙÙŽ عَنْ مَمْلÙوْكÙه٠غَÙَرَ الله٠لَه٠وَأَعْتَقَه٠مÙÙ†ÙŽ النَّار٠وَاسْتَكْثَرÙوْا ÙÙـيْه٠مÙÙ† أَرْبَـع٠خÙصَال٠: خَصْلَتَيْن٠تÙرْضÙوْنَ بÙÙ‡Ùمَا ربَّكÙمْ وَخَصْلَتَيْن٠لاَ غÙنىَ بÙÙƒÙمْ عَنْهÙمَا Ùَأَمَّا الْخَصْلَتَان٠اللَّتاَن٠تÙرْضÙوْنَ بÙÙ‡Ùمَا ربَّكÙمْ Ùَشَهَادَة٠أَنْ لاَ إلَهَ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَ تَسْتَغْÙÙرÙوْنَه٠وَأَمَّا اللَّتاَن٠لاَ غÙنىَ بÙÙƒÙمْ عَنْهÙمَا ÙَـتَسْأَلÙوْنَ اللهَ الْجَنَّةَ ÙˆÙŽ تَـعÙوْذÙوْنَ بÙÙ‡Ù Ù…ÙÙ†ÙŽ النَّار٠وَ مَنْ أَشْبَعَ ÙÙـيْه٠صَائÙماً سَقَاه٠الله٠مÙنْ ØَوْضÙيْ Ø´Ùرْبَةً لاَ يَظْمَأ٠Øَتَى يَدْخÙÙ„ÙŽ اْلجَنَّةَ “Wahai manusia, sesungguhnya telah menaungi kamu bulan yang agung dan penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan itu, Allah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan qiyam atau shalat di malam harinya sebagai ibadah sunnah. Siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebajikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan kewajiban di bulan lain. Siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadhan tersebut, maka sama dengan menjalankan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. Ramadhan itu adalah bulan kesabaran; sedangkan ketabahan dan kesabaran, balasannya adalah surga. Ramadhan adalah bulan pertolongan, pada bulan itu rizki orang-orang mukmin ditambah. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan itu, maka ia akan diampuni dosanya, dibebaskan dari api neraka. Orang itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tersebut. Sedangkan pahala puasa bagi orang yang melakukannya, tidak berkurang sedikitpun. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami tidak semua memiliki makanan untuk berbuka bagi orang lain”. Bersabda Rasulullah ï·º: “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberikan sebutir kurma, atau seteguk air, atau seteguk susu”. Dialah Ramadhan, bulan yang permulaannya dipenuhi dengan rahmat, periode pertengahannya dipenuhi dengan ampunan dan maghfirah, pada periode terakhirnya merupakan pembebasan manusia dari azab neraka. Barang siapa yang meringankan beban pekerjaan pembantu-pembantu rumah tangganya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Oleh karena itu dalam bulan Ramadhan ini, hendaklah kamu sekalian dapat meraih empat bagian. Dua bagian pertama untuk memperoleh ridha Tuhanmu dan dua bagian lain adalah sesuatu yang kamu dambakan. Dua bagian yang pertama ialah bersaksi dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan hendaklah memohon ampunan kepada-Nya. Dua bagian yang kedua yaitu kamu memohon (dimasukkan ke dalam) surga dan berlindung dari api neraka. Siapa yang memberi minuman kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari telagaku, suatu minuman yang seseorang tidak akan merasa haus dan dahaga lagi sesudahnya, sehingga ia masuk ke dalam surga”. (Hadits Dhaif, Riwayat Ibnu Khuzaimah: 1780, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman: 3455. redaksi hadits di atas riwayat Ibn Khuzaimah). Meskipun sebagian ahli menyebut hadits ini berstatus dhaif, karena berkaitan dengan fadhailul a’mal (keutamaan amal), maka masih bisa ditoleransi. Beberapa keterangan yang disebutkan hadits ini, banyak persamaan yang disebutkan hadits yang lebih sahih. Imam Ahmad bin Hambal menyampaikan pernyataan mengenai hadits dhaif, beliau berpandangan: الْØَدÙيْث الضَعÙيْÙ٠أَØَبّ٠إÙلَيَّ Ù…Ùنْ الرَأْي٠“Hadits yang dhaif lebih aku cintai dari al-Ra’yu (pendapat akal seseorang)”. Dalam kalimat yang lain, beliau berpendapat: الْعَمَل٠بÙالْØَدÙيْث٠الضَّعÙيْÙ٠أَوْلَى Ù…ÙÙ†ÙŽ الْقÙيَاس٠“Beramal dengan hadits yang dhaif lebih utama dari menggunakan qiyas (analogi)”. Hadits ini dimuat juga dalam kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama terkenal, antara lain: Muhammad Yusuf al-Kandahlawi dalam kitab Hayah al-Shahabah, III/400–401, Imam al-Munzdiri dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib, I/16–17, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Baz dalam kitab Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, XV/44–45. Prof. Hasbi al-Shiddiqi dalam Pedoman Puasa. Baca: Bagaimana Sikap Muslim Terhadap Hadits Dhaif dan Hadits Palsu? Persiapan Kedua Persiapan yang kedua adalah dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, yaitu bagi mereka yang sebelum datangnya bulan itu telah membiasakan puasa sunnah. Namun demikian satu atau dua hari menjelang masuknya bulan Ramadhan dilarang melakukan puasa sunnah, kecuali bagi mereka yang sudah membiasakannya. عَنْ عَائÙØ´ÙŽØ©ÙŽ رَضÙÙŠÙŽ اللَّه٠عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسÙول٠اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ يَصÙوم٠Øَتَّى Ù†ÙŽÙ‚Ùولَ لَا ÙŠÙÙْطÙر٠وَيÙÙْطÙر٠Øَتَّى Ù†ÙŽÙ‚Ùولَ لَا يَصÙوم٠Ùَمَا رَأَيْت٠رَسÙولَ اللَّه٠صَلَّى اللَّه٠عَلَيْه٠وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صÙيَامَ شَهْر٠إÙلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتÙه٠أَكْثَرَ صÙيَامًا Ù…Ùنْه٠ÙÙÙŠ شَعْبَانَ Dari Aisyah r.a. ia menuturkan, “Rasulullah ï·º biasa mengerjakan puasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah tidak berpuasa, dan beliau biasa tidak berpuasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Akan tetapi aku tidak pernah melihat Rasulullah ï·º berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada puasa di bulan Sya’ban”. (Hadits Shahih, riwayat Bukhari: 1833 dan Muslim: 1956. teks hadits riwayat al-Bukhari). Mengenai larangan puasa sunnah satu atau dua hari menjelang masuk Ramadhan, kecuali bagi mereka yang telah membiasakannya, disebutkan dalam hadits Nabi ï·º: لَا تَقَدَّمÙوا رَمَضَانَ بÙصَوْم٠يَوْم٠وَلَا يَوْمَيْن٠إÙلَّا رَجÙÙ„ÙŒ كَانَ يَصÙوم٠صَوْمًا ÙَلْيَصÙمْه٠“Jangan kamu dahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi seseorang yang mempuasakan puasa tertentu, maka ia boleh meneruskan puasanya”. (Hadits Shahih, riwayat Bukhari: 1781 dan Muslim: 1812. teks hadits riwayat al-Bukhari). Persiapan Ketiga Persiapan selanjutnya adalah menyambut bulan Ramadhan dengan “tahni’ah”, yaitu menggembirakan umat Islam dengan kedatangan bulan itu yang penuh rahmat. Rasulullah bertahni’ah menyambut bulan Ramadhan dengan sabdanya: أَتَاكÙمْ رَمَضَان٠شَهْرٌ Ù…Ùبَارَكٌ Ùَرَضَ اللَّه٠عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكÙمْ صÙيَامَه٠تÙÙْتَØÙ ÙÙيه٠أَبْوَاب٠السَّمَاء٠وَتÙغْلَق٠ÙÙيه٠أَبْوَاب٠الْجَØÙيم٠وَتÙغَلّ٠ÙÙيه٠مَرَدَة٠الشَّيَاطÙينÙØŒ ÙÙيه٠لَيْلَةٌ خَيْرٌ Ù…Ùنْ أَلْÙ٠شَهْر٠مَنْ ØÙرÙÙ…ÙŽ خَيْرَهَا Ùَقَدْ ØÙرÙÙ…ÙŽ "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun.” (Hadits Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadits dari al-Nasa’i). Ibadah puasa Ramadhan merupakan amal yang istimewa, karena ibadah yang lain adalah untuk dirinya sendiri, sedangkan ibadah puasa adalah milik Allah ï·». Dalam melaksanakan puasa diharapkan tidak hanya dapat meninggalkan makan, minum dan segala yang membatalkannya, akan tetapi harus dapat menjaga diri dari segala perbuatan yang tercela. Puasa itu diharapkan dapat membentuk sikap mental kita, menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah dan beribadah dengan penuh keikhlasan. Dalam berpuasa, manusia muslim dibentuk agar dapat meningkatkan kesabaran, ketabahan, peningkatan daya tahan mental dan fisik. Rasa haus dan lapar dikala berpuasa, dapat meningkatkan solidaritas sosial terhadap orang-orang miskin yang ditimpa kesulitan, dan anak-anak yatim yang terlunta-lunta. Mengenai keutamaan ibadah puasa dan keharusan bersikap sabar, disebutkan dalam hadits Qudsi: ÙƒÙلّ٠عَمَل٠ابْن٠آدَمَ لَه٠إÙلَّا الصّÙيَامَ ÙÙŽØ¥Ùنَّه٠لÙÙŠ وَأَنَا أَجْزÙÙŠ بÙه٠وَالصّÙيَام٠جÙنَّةٌ ÙˆÙŽØ¥Ùذَا كَانَ يَوْم٠صَوْم٠أَØَدÙÙƒÙمْ Ùَلَا يَرْÙÙثْ وَلَا يَصْخَبْ ÙÙŽØ¥Ùنْ سَابَّه٠أَØَدٌ أَوْ قَاتَلَه٠ÙَلْيَقÙلْ Ø¥ÙنّÙÙŠ امْرÙؤٌ صَائÙÙ…ÙŒ Allah Azza wa Jalla berfirman: “Setiap amal seorang manusia adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu adalah perisai, karena itu apabila salah seorang di antaramu berpuasa, janganlah mengucapkan perkataan yang buruk dan keji, jangan membangkitkan syahwat dan jangan pula mendatangkan kekacauan. Apabila ia dimaki atau ditantang seseorang, maka katakanlah: Aku sedang berpuasa,..”. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 1771). KH Zakky Mubarak, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Sumber: https://islam.nu.or.id/ramadhan/tiga-persiapan-penting-menyambut-bulan-ramadhan-8nCLp
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Presentasi 10 Cara Mengajar dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
- Tujuan & Manfaat Website bagi Sekolah
Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas :
Komentar :
Kembali ke Atas